Minggu, 27 September 2015

Petik Laut Jumiang



PETIK LAUT JUMIANG

Petik Laut berarti memetik,mengambil,memunugut atau memperoleh hasil laut berupa ikan yang mampu menghidupi nelayan Madura dan sekitarnya.

Ritual memohon berkah rezeki dan keselamatan tidak hanya dilaksanakan oleh petani tiap bulan Muharram atau Syuro dalam penanggalan Jawa, ritual tersebut juga sebagai ungkapan rasa syukur pada Tuhan atas rezeki yang telah didapatkan oleh nelayan selama setahun terakhir.

Ritual Petik Laut yang diikuti ratusan nelayan tersebut biasanya digelar ketika bulan purnama sebab nelayan tidak melaut diakibatkan  saat itu air laut pasang.Kegiatan ini termasuk dalam budaya Jawa Timur yang berkembang setelah kehadiran Ritual Petik Laut yang diikuti ratusan nelayan tersebut biasanya digelar ketika bulan purnama sebab nelayan tidak melaut diakibatkan saat itu air laut pasang. Kegiatan ini termasuk dalam budaya Jawa Timur yang berkembang setelah kehadiran warga Madura yang terkenal sebagai pelaut. Jadi, wajar saja jika Petik Laut dipenuhi ornamen Madura, termasuk seragam sakera, baju hitam dan membawa clurit sebagai simbol kebesaran warga Madura yang pemberani. Dalam ritual tersebut, ratusan nelayan mengiringi perahu githik yang berisikan aneka sesaji untuk dilarung ke laut.
Penyelenggaraan upacara Petik Laut Madura dimaksudkan sebagai pengungkapan dari perasa­an syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dilakukan secara berkelompok khusus­nya bagi masyarakat nelayan di Madura dan sekitar­nya.
Pengungkapan perasaan tersebut diwujudkan dalam bentuk kegiatan tasyakuran samapai dengan tradisi masyarakat secara beramai-ramai melakukan upacara di tengah laut, sesuai dengan tradisi yang masih hidup di lingkungan masyarakat nelayan madura sebagai usaha mewarisi tradisi para leleuhur yang sudah berlangsung sejak dalam kurun waktu yang lama.
Tujuan diselenggarakan kegiatan petik laut jumiang ini antara lain dapat diungkapkan sebagai berikut :
v  Mensyukuri atas Rahmad Tuhan Yang Maha Esa yang telah dilimpahkan berupa hasil penangkapan ikan yang tidak kunjung henti-hentinya sepanjang masa.
  • Sebagai salah satu media permohonan kehadapan Tuhan Yang Esa, agar selalu memperoleh per­lindungan dan dijauhkan dari segala marabahaya, dianugerahi keselamatan dan hasil yang lebih me­limpah lagi.
  • Sebagai salah satu upaya menanamkan perasaan cinta bahari bagi masyarakat nelayan Jumiang,se­hingga kehidupan laut yang telah mendatangkan manfaat bagi kehidupan laut dapat terpelihara se­cara lestari.

Peserta dan Kelengkapan Upacara.
Pelaksaan upacara dari tradisi larung sesaji petik laut jumiang diikuti oleh seluruh masyarakat nelayan jumiang , para pejabat dan undangan serta hadirin para pengunjung dari masyarakat disekitar jumiang ikut memeriahkan kegiatan petik laut jumiang tersebut.
Kelengkapan upacarab yang dianggap penting adalah berbentuk sesaji berupa kue, masakan dan makanan yang berasal dari palawija yang bergantung dan bentuk lainnnya , yang menonjol.
  • Kepala Kambing “Kendit”
  • Kue-kue sebanyak 44 macam
  • Buah-buahan
  • Pancing emas
  • Candu
  • Pisang saba mentah Pisang raja
  • Nasi tumpeng, nasi gurih, nasi lawuh
  • Ayam jantan hidup 2 ekor
  • Kinangan dan lain-lain.
Semua kelengkapan sesaji tersebut disusun sedemikian rupa dimasukkan ke dalam sebuah prahu kecil yang dihiasi berwarna-warni dan biasanya disebut “Gitik” dan kemudian dilabuh atau dilarung di laut. Dan di dalm pelarung tersebut selalu diiringi dengan tarian gandrung.
Rangkaian Pelaksaan Upacara.
Malam Tasakuran.
Malam menjelang pelaksaan upacara petik laut, hampir seluruh masyarakat nelayan di jumiang melakukan tirakatan sampai pagi dengan satu harapan semoga Tuhan yang maha Esa memberkahi dan senantiasa dalam pelaksaan petik laut jumiang, sehingga pada siang harinya tidak ada halangan apapun.

Prosesi Ritual Petik Laut

Ritual Petik Laut diawali dengan pembuatan sesaji oleh sesepuh nelayan yang berisi berbagai jenis hasil bumi yang ditata dengan indah dalam perahu kecil yang disebut githik. Malam sebelum pelaksanaan Petik Laut sebagai budaya Jawa Timur, dilakukan tirakatan pada tempat perahu sesaji yang dipersiapkan. Beberapa surau atau rumah juga mengadakan pengajian atau semaan di malam itu. Kemudian menjelang siang, sesaji diarak menggunakan dokar menuju pantai. Ribuan warga memadati sepanjang jalan untuk perjalanan sesaji (ider bumi). Lalu, warga mengikuti di belakang arakan tersebut hingga sampai di pantai. Arak-arakan berakhir di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Jumiang dan biasanya dihadiri jajaran Pimpinan Daerah Pamekasan dan pejabat setempat.
Sesaji disambut oleh enam penari Gandrung dan dibacakan doa oleh sesepuh nelayan. Sesaji tersebut diarak kembali menuju perahu. Selanjutnya apa yang terjadi? Warga akan berebut naik perahu yang mengangkut sesaji. Tak lupa bibir kerbau yang akan dilarung pun dipasangkan pancing emas agar nelayan diberi hasil ikan melimpah. Sesampainya di tengah laut, sesepuh nelayan yang memimpin ritual tersebut pelan-pelan menurunkan sesaji dari perahu. Teriakan syukur seraya menggema begitu sesaji jatuh dan tenggelam ditelan ombak. Menariknya, setelah itu para nelayan menceburkan diri ke dalam laut dan berebut sesaji. Selain itu, nelayan juga menyiramkan air yang dilewati sesaji ke seluruh badan perahu. Begitulah ritual yang diselenggarakan di pantai Jumiang Pademawu{Pamekasan},sehingga menjadi budaya Jawa Timur yang terus dilestarikan.
Bentuk rasa syukur kepada Allh SWT atas segala limpahan karunianya banyak macamnya. Namun bagi komunitas nelayan, menunjukkan rasa syukur atas melimpahnya hasil tangkapan laut serta selalu selamat tanpa bencana serta rintangan apapun, hanya dikenal dengan ritual "Petik Laut" dan "larung saji".

       Ritual ini yang selalu dinantikan dan rutin dilakukan dikalangan komunitas nelayan, termasuk nelayan petik laut di Desa Jumiang,Kecamatan Pademawu.Upacara ritual yang selalu dipadati ribuan warga nelayan tersebut merupakan acara puncak. Ada pemutaran film, pentas seni, pementasan musik gambus, orkes dangdut, dan tarian Madura.Ada juga Pengajian dan berbagai lomba untuk masyarakat nelayan. seperti renang bebas, domino, catur, tari, tarik tambang, dan panjat pinang.

       Inti kegiatan petik laut adalah saat pelarungan sesaji ke tengah laut, sesaji itu disatukan dalam sebuah perahu kecil. Isinya macam-macam, namun yang paling menonjol adalah kepala sapi. Sebelum dilarung, sesaji itu telah melalui serangkaian ritual. Perahu sesaji diturunkan kelaut beramai-ramai kemudian dilarung ketengah dan ditenggelamkan. Sekretaris Panitia Petik Laut menambahkan "petik laut untuk melestarikan budaya bangsa". Sumberdananya berasal dari swadaya murni masyarakat nelayan. Mulai sumbangan dari pemilik perahu, kapal selerek, porsen, gandrung, dan kapal jurung. "Ditambah partisipasi dari pengusaha, masyarakat umum kilensari, instansi terkait, serta semua nelayan kilensari," ungkapnya. Membuang sesaji ketengah laut diyakini warga nelayan khususnya warga kilensari akan membawa keselamatan bagi Nelayan.






DATA HASIL PENGAMATAN
v  Menurut tokoh masyarakat di sekitar jumiang yaitu bapak Muhammad ketika dimintai pendapat tentang tradisi petik laut di jumiang, beliau menjawab bahwa tradisi tersebut diadakan oleh para nelayan dari jaman dulu hingga sekarang. Dimana petik laut tersebut dilakukan karena untuk memohon berkah dan rezeki kepada allah swt.
v  Menurut kedua Orang tua saya , ketika dimintai pendapat bagaiman tata cara pelaksaan petik laut di jumiang , beliau berpendapat bahwa tata caranya adalah kegiatannya dilakukan ketika bulan purnama.diikuti beratus-ratus nelayan , dan tak lupa pada malamnya ada tasakuran, ada sesajen seperti kue-kue dll.













PETIK LAUT JUMIANG
 ( Disusun guna memenuhi tugas “ UTS” mata pelajaran “ Islam dan Budaya Madura” )
Dosen Pengampu : Bpk. Saiful Hadi.


http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/5/5d/Logo_STAIN_Pamekasan.jpg
 







Disusun Oleh :
RUMMANAH
18201301010262

PROGRAM STUDI AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TIMGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PAMEKASAN
TAHUN 2013-1014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar