PETIK LAUT JUMIANG
Petik Laut berarti memetik,mengambil,memunugut atau memperoleh hasil laut berupa ikan yang mampu menghidupi nelayan Madura dan sekitarnya.
Ritual memohon berkah rezeki dan keselamatan tidak hanya dilaksanakan oleh petani tiap bulan Muharram atau Syuro dalam penanggalan Jawa, ritual tersebut juga sebagai ungkapan rasa syukur pada Tuhan atas rezeki yang telah didapatkan oleh nelayan selama setahun terakhir.
Ritual Petik Laut yang
diikuti ratusan nelayan tersebut biasanya digelar ketika bulan purnama sebab
nelayan tidak melaut diakibatkan saat
itu air laut pasang.Kegiatan ini termasuk dalam budaya Jawa Timur yang
berkembang setelah kehadiran Ritual Petik Laut yang diikuti ratusan nelayan
tersebut biasanya digelar ketika bulan purnama sebab nelayan tidak melaut
diakibatkan saat itu air laut pasang. Kegiatan ini termasuk dalam budaya Jawa
Timur yang berkembang setelah kehadiran warga Madura yang terkenal sebagai
pelaut. Jadi, wajar saja jika Petik Laut dipenuhi ornamen Madura, termasuk seragam
sakera, baju hitam dan membawa clurit sebagai simbol kebesaran warga Madura
yang pemberani. Dalam ritual tersebut, ratusan nelayan mengiringi perahu githik
yang berisikan aneka sesaji untuk dilarung ke laut.
Penyelenggaraan upacara Petik Laut Madura dimaksudkan
sebagai pengungkapan dari perasaan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
dilakukan secara berkelompok khususnya bagi masyarakat nelayan di Madura dan
sekitarnya.
Pengungkapan perasaan tersebut
diwujudkan dalam bentuk kegiatan tasyakuran samapai dengan tradisi masyarakat
secara beramai-ramai melakukan upacara di tengah laut, sesuai dengan tradisi
yang masih hidup di lingkungan masyarakat nelayan madura sebagai usaha mewarisi
tradisi para leleuhur yang sudah berlangsung sejak dalam kurun waktu yang lama.
Tujuan diselenggarakan kegiatan
petik laut jumiang ini antara lain dapat diungkapkan sebagai berikut :
v Mensyukuri atas Rahmad Tuhan Yang Maha Esa yang
telah dilimpahkan berupa hasil penangkapan ikan yang tidak kunjung
henti-hentinya sepanjang masa.
- Sebagai salah satu media permohonan kehadapan Tuhan Yang Esa, agar selalu memperoleh perlindungan dan dijauhkan dari segala marabahaya, dianugerahi keselamatan dan hasil yang lebih melimpah lagi.
- Sebagai salah satu upaya menanamkan perasaan cinta bahari bagi masyarakat nelayan Jumiang,sehingga kehidupan laut yang telah mendatangkan manfaat bagi kehidupan laut dapat terpelihara secara lestari.
Peserta dan Kelengkapan
Upacara.
Pelaksaan upacara dari tradisi larung sesaji petik laut jumiang diikuti
oleh seluruh masyarakat nelayan jumiang , para pejabat dan undangan serta
hadirin para pengunjung dari masyarakat disekitar jumiang ikut memeriahkan
kegiatan petik laut jumiang tersebut.
Kelengkapan upacarab yang dianggap penting adalah berbentuk sesaji berupa
kue, masakan dan makanan yang berasal dari palawija yang bergantung dan bentuk
lainnnya , yang menonjol.
- Kepala Kambing “Kendit”
- Kue-kue sebanyak 44 macam
- Buah-buahan
- Pancing emas
- Candu
- Pisang saba mentah Pisang raja
- Nasi tumpeng, nasi gurih, nasi lawuh
- Ayam jantan hidup 2 ekor
- Kinangan dan lain-lain.
Semua kelengkapan sesaji tersebut disusun sedemikian rupa dimasukkan ke
dalam sebuah prahu kecil yang dihiasi berwarna-warni dan biasanya disebut
“Gitik” dan kemudian dilabuh atau dilarung di laut. Dan di dalm pelarung
tersebut selalu diiringi dengan tarian gandrung.
Rangkaian Pelaksaan
Upacara.
Malam Tasakuran.
Malam menjelang pelaksaan upacara petik laut, hampir seluruh masyarakat nelayan
di jumiang melakukan tirakatan sampai pagi dengan satu harapan semoga Tuhan
yang maha Esa memberkahi dan senantiasa dalam pelaksaan petik laut jumiang,
sehingga pada siang harinya tidak ada halangan apapun.
Prosesi Ritual Petik Laut
Ritual Petik Laut diawali dengan pembuatan sesaji oleh
sesepuh nelayan yang berisi berbagai jenis hasil bumi yang ditata dengan indah
dalam perahu kecil yang disebut githik. Malam sebelum pelaksanaan Petik Laut
sebagai budaya Jawa Timur, dilakukan tirakatan pada tempat perahu sesaji yang
dipersiapkan. Beberapa surau atau rumah juga mengadakan pengajian atau semaan
di malam itu. Kemudian menjelang siang, sesaji diarak menggunakan dokar menuju
pantai. Ribuan warga memadati sepanjang jalan untuk perjalanan sesaji (ider bumi).
Lalu, warga mengikuti di belakang arakan tersebut hingga sampai di pantai.
Arak-arakan berakhir di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Jumiang dan biasanya
dihadiri jajaran Pimpinan Daerah Pamekasan dan pejabat setempat.
Sesaji disambut oleh enam penari Gandrung dan dibacakan
doa oleh sesepuh nelayan. Sesaji tersebut diarak kembali menuju perahu.
Selanjutnya apa yang terjadi? Warga akan berebut naik perahu yang mengangkut
sesaji. Tak lupa bibir kerbau yang akan dilarung pun dipasangkan pancing emas
agar nelayan diberi hasil ikan melimpah. Sesampainya di tengah laut, sesepuh
nelayan yang memimpin ritual tersebut pelan-pelan menurunkan sesaji dari
perahu. Teriakan syukur seraya menggema begitu sesaji jatuh dan tenggelam
ditelan ombak. Menariknya, setelah itu para nelayan menceburkan diri ke dalam
laut dan berebut sesaji. Selain itu, nelayan juga menyiramkan air yang dilewati
sesaji ke seluruh badan perahu. Begitulah ritual yang diselenggarakan di pantai
Jumiang Pademawu{Pamekasan},sehingga menjadi budaya Jawa Timur yang terus
dilestarikan.
Bentuk rasa syukur kepada Allh SWT atas segala limpahan karunianya banyak
macamnya. Namun bagi komunitas nelayan, menunjukkan rasa syukur atas
melimpahnya hasil tangkapan laut serta selalu selamat tanpa bencana serta
rintangan apapun, hanya dikenal dengan ritual "Petik Laut" dan
"larung saji".
Ritual ini yang selalu dinantikan dan rutin dilakukan dikalangan komunitas nelayan, termasuk nelayan petik laut di Desa Jumiang,Kecamatan Pademawu.Upacara ritual yang selalu dipadati ribuan warga nelayan tersebut merupakan acara puncak. Ada pemutaran film, pentas seni, pementasan musik gambus, orkes dangdut, dan tarian Madura.Ada juga Pengajian dan berbagai lomba untuk masyarakat nelayan. seperti renang bebas, domino, catur, tari, tarik tambang, dan panjat pinang.
Inti kegiatan petik laut adalah saat pelarungan sesaji ke tengah laut, sesaji itu disatukan dalam sebuah perahu kecil. Isinya macam-macam, namun yang paling menonjol adalah kepala sapi. Sebelum dilarung, sesaji itu telah melalui serangkaian ritual. Perahu sesaji diturunkan kelaut beramai-ramai kemudian dilarung ketengah dan ditenggelamkan. Sekretaris Panitia Petik Laut menambahkan "petik laut untuk melestarikan budaya bangsa". Sumberdananya berasal dari swadaya murni masyarakat nelayan. Mulai sumbangan dari pemilik perahu, kapal selerek, porsen, gandrung, dan kapal jurung. "Ditambah partisipasi dari pengusaha, masyarakat umum kilensari, instansi terkait, serta semua nelayan kilensari," ungkapnya. Membuang sesaji ketengah laut diyakini warga nelayan khususnya warga kilensari akan membawa keselamatan bagi Nelayan.
DATA HASIL PENGAMATAN
v
Menurut tokoh masyarakat
di sekitar jumiang yaitu bapak Muhammad ketika dimintai pendapat tentang
tradisi petik laut di jumiang, beliau menjawab bahwa tradisi tersebut diadakan
oleh para nelayan dari jaman dulu hingga sekarang. Dimana petik laut tersebut
dilakukan karena untuk memohon berkah dan rezeki kepada allah swt.
v
Menurut kedua Orang tua
saya , ketika dimintai pendapat bagaiman tata cara pelaksaan petik laut di
jumiang , beliau berpendapat bahwa tata caranya adalah kegiatannya dilakukan
ketika bulan purnama.diikuti beratus-ratus nelayan , dan tak lupa pada malamnya
ada tasakuran, ada sesajen seperti kue-kue dll.
PETIK LAUT JUMIANG
( Disusun guna memenuhi tugas “ UTS” mata
pelajaran “ Islam dan Budaya Madura” )
Dosen Pengampu : Bpk.
Saiful Hadi.
![]() |
Disusun Oleh :
RUMMANAH
18201301010262
PROGRAM STUDI AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TIMGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PAMEKASAN
TAHUN 2013-1014

Tidak ada komentar:
Posting Komentar